Friday 27 January 2017

Beberapa Surat dari Al-Qur'an Yang Mujarab

Muslimin Bin Saliman

Friday 20 January 2017

Muqadimah QS. Al-Fatihah



1. Al Faatihah
 Muqaddimah 


Surat Al Faatihah (Pembukaan) yang diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat adalah surat yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap diantara surat-surat yang ada dalam Al Quran dan termasuk golongan surat Makkiyyah. Surat ini disebut Al Faatihah (Pembukaan), karena dengan surat inilah dibuka dan dimulainya Al Quran. Dinamakan Ummul Quran (induk Al Quran) atau Ummul Kitaab (induk Al Kitaab) karena dia merupakan induk dari semua isi Al Quran, dan karena itu diwajibkan membacanya pada tiap-tiap sembahyang.
Dinamakan pula As Sab'ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang) karena ayatnya tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam sembahyang.


Surat ini mengandung beberapa unsur pokok yang mencerminkan seluruh isi Al Quran, yaitu :


1. Keimanan:

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu bagi Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini. Diantara nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rab dalam kalimat Rabbul-'aalamiin tidak hanya berarti Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung arti tarbiyah yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini bersumber dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuahn oleh Allah di alam ini haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta berguna bagi masyarakat. Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang pokok, maka didalam surat Al Faatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin (hanya Engkau-lah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan). Janji memberi pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk. 



Yang dimaksud dengan Yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung arti janji untuk memberi pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk. Ibadat yang terdapat pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah, selanjutnya lihat no. [6].

2. Hukum-hukum:
Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Maksud "Hidayah" disini ialah hidayah yang menjadi sebab dapatnya keselamatan, kebahagiaan dunia dan akhirat, baik yang mengenai kepercayaan maupun akhlak, hukum-hukum dan pelajaran.

3. Kisah-kisah:
Kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian besar dari ayat-ayat Al Quran memuat kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin (orang-orang yang sungguh-sungguh beriman), syuhadaa' (orang-orang yang mati syahid), shaalihiin (orang-orang yang saleh). Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.

Perincian dari yang telah disebutkan diatas terdapat dalam ayat-ayat Al Quran pada surat-surat yang lain.

Copy dari Al-Qur'an Digital

Thursday 19 January 2017

QS. Al-Fatihah

QS. Al-Fatihah

Nabi Muhammad s.a.w. pernah bersabda:
"Membaca QS. Al-Fatihah pahalanya seperti sepertiga Al-Quran"
"Surat Al-Fatihah adalah untuk apa ia dimaksudkan dalam bacaannya." Dan
"Fatihah itu pembukaan maksud bagi orang-orang mukmin."

Barang Siapa membaca surah Al-Fatihah dalam keadaan berwudhu sebanyak 70 kali setiap hari selama tujuh hari lalu ditiupkan pada air yang suci lalu diminum maka ia akan memperoleh ilmu dan hikmah serta hatinya dibersihkan dari pikiran yang rusak.

Diantara khasiat Fatihah adalah barang siapa yang membaca 'Al-Fatihah' di waktu hendak tidur, Surah 'Al-Ikhlas' sebanyak 3 kali dan Mu'awwidzatain maka ia akan aman dari segala hal selain ajal. Dan siapa berhajat (berkeinginan sesuatu) kepada Allah swt maka olehnya dibaca surah Al-Fatihah sebanyak 41 kali diantara shalat sunat Subuh dan shalat fardhu Subuh sampai 40 hari (tidak lebih) kemudian memohon kepada Allah swt maka Insyaallah ia penuhi kebutuhan hidupnya.

Barangsiapa membaca surat al-Fatihah bersama Bismillah diantara sunat Subuh dan fardu Subuh dengan Istiqomah maka kalau ia inginkan pangkat terkabullah itu dan kalau ia fakir maka akan kaya serta jika ia punya utang maka mampu membayarnya dan kalau ia sakit maka akan sembuh dan kalau ia punya anak maka anaknya itu menjadi anak yang soleh, berkat surah Al-Fatihah.

Barangsiapa mengamalkan bacaan Al-Fatihah sebanyak 20 kali setiap selesai shalat fardhu lima waktu maka Allah swt luaskan rezekinya, perbaiki  akhlaknya, mudahkan urusannya, hilangkan keprihatinannya dan kesusahannya, anugerahkan apa yang ia angan-angankan, dapatkan berbagai berkat dan kemuliaan, jadikan itu berwibawa, berpangkat luhur, berpenghidupan baik dan itu pula anak-anaknya terlindung dari kemudharatan dan kerusakan serta diberikan kebahagiaan dan sebagainya.

Barangsiapa mengamalkan bacaan Al-Fatihah sebanyak 125 kali selesai shalat Subuh maka ia peroleh maksudnya dan ia ketemukan apa yang dicari-cari dan sebaiknya ia panjatkan doa yang berarti:

"Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu dengan kebenaran Surah Al-Fatihah dan rahasianya, sehingga dimudahkan bagiku semua urusanku, apakah urusan dunia atau urusan akhirat, sehingga dimakbulkan permohonanku dan ditunaikan hajatku ......... .."

Barangsiapa mengamalkan bacaan Al-Fatihah di waktu sahur (tengah malam) sebanyak 41 kali maka Allah swt bukakan pintu rezekinya dan Dia mudahkan urusannya tanpa kepayahan dan kesulitan. Selesai bacaan Al-Fatihah tersebut dan sebaiknya berdoa:
"Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu dengan kebenaran surah Al-Fatihah dan rahasianya, sehingga Engkau bukakan bagiku pintu-pintu rahmat, karunia-Mu dan rezeki-Mu. Dan Engkau mudahkan setiap urusanku, murahkanlah bagiku rezekiMu yang banyak berkah tanpa kekurangan dan tanpa susah payah, sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu. Aku mohon kepada-Mu dengan kebenaran surah Al-Fatihah dan rahasianya, berikan apa yang kuhajati ...... .. "
Diriwayatkan dari Syeikh Muhyiddin Ibnul Arabi didalam kitab 'Qaddasallaahusirrahu':
"Siapa yang punya maksud maka sebaiknya ia membaca surat Al-Fatihah sebanyak 40 kali sehabis shalat Maghrib dan sunatnya, selesai itu ia ajukan permohonan hajatnya kepada Allah swt"

Surat Al-Fatihah dapat mengobati penyakit mata, sakit gigi, sakit perut dan lain-lainnya dengan dibacakan sebanyak 41 kali.

Ikhtiar mengobati penyakit: Baca Surah Al-Fatihah sebanyak 40 kali pada tempat berisi air, lalu air itu diusap-usapkan pada kedua belah tangan, kedua belah kaki, muka, kepala dan seluruh tubuh, lalu diminum, Insyaallah menjadi sembuh.

Kalau Surah Al-Fatihah itu ditulis dengan huruf-huruf terpisah lalu dileburkan dengan air suci dan diminumkan kepada si sakit, maka dengan iradah Allah swt ia akan sembuh.

Ikhtiar menghilangkan sifat pelupa: Tulislah surat Al-Fatihah dengan huruf Arab pada kotak putih dan suci lalu dihapus dengan air dan diberi minum pada orang yang pelupa, maka ia akan hilang sifat pelupanya dengan izin Allah swt

Mengobati sakit disebabkan oleh sengatan kala: Ambil sebuah tempat bersih lalu diisi air dan sedikit garam lalu dibacakan padanya Surah Al-Fatihah sebanyak 7 kali lalu diberi minum pada orang yang tersengat kala itu, Insyaallah ia akan sembuh.
Mengobati sakit gigi dan lain-lain: Untuk dirinya sendiri = letakkan jari pada tempat yang sakit lalu membaca Al-Fatihah dan berdoa sebanyak 7 kali:

"Ya Allah, hilangkan dari keburukan dan kekejian yang aku temukan dengan doa Nabi-Mu yang jujur ​​(al Amin) dan tetap disisi-Mu".

Mengobati penyakit gigi orang lain: selesai membaca Al-Fatihah maka berdoa 7 kali:
"Ya Allah, hilangkan dari orang ini keburukan dan kekejian yang aku temukan dengan doa Nabi-Mu yang jujur ​​(al Amin) dan tetap disisi-Mu".

 Adapun manfaat dan khasiat dari Surah Al-Fatihah adalah menyembuhkan penyakit mata yang kabur (rabun)
Sabda Nabi Muhammad s.a.w. "

"Barangsiapa yang ingin menyembuhkan kelemahan pandangannya (kabur / rabun) maka harus dilakukan:
  1. Memandang bulan pada awal bulan, jika tidak terlihat atau terhalang oleh awan dan lain-lain hal, lakukan pada malam kedua, juga tidak dapat, coba pada malam ketiga atau begitu seterusnya sampai nampak terlihat bulan itu.
  2. Apabila telah tampak, hendaklah ia menyapukan tangan kanannya kemata dengan membaca Al-Fatihah sebanyak 10 kali.
  3. Sesudah itu mengucapkan pula sebanyak 7 kali doa ini: "Al-Fatihah itu menjadi obat segala penyakit dengan rahmat Mu ya Tuhan yang pengasih penyayang."
  4. Lalu mengucapkan "Yaa Rabbi" sebanyak 5 kali.
  5. Terakhir mengucapkan pula doa ini sebanyak 1 kali: "Ya Allah sembuhkanlah, Engkaulah yang menyembuhkan, Ya Allah sehatkanlah, Engkaulah yang menyehatkan".
Tafsir Surat Al Fatihah

Ayat Pertama :
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
“Segala puji bagi Allah Rabbul ‘alamin.”
        Segala pujian beserta sifat-sifat yang tinggi dan sempurna hanyalah milik Allah subhanahu wata’ala semata. Tiada siapa pun yang berhak mendapat pujian yang sempurna kecuali Allah SWT. Keberadaan Allah sebagai Rabbul-’alamin. Dengan kata lain, tidak layak bagi Allah untuk membiarkan hamba-hamba-Nya dalam keadaan sia-sia dan terlantar, tidak memperkenalkan apa yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat mereka, serta apa yang mendatangkan mudharat di dunia dan di akhirat. Dia pula adalah Sang Pemberi rezeki, yang mengaruniakan nikmat yang tiada tara dan rahmat yang melimpah ruah. Tiada seorang pun yang sanggup menghitung nikmat yang diperolehnya. Disisi lain, ia pun tidak akan sanggup membalasnya. Amalan dan syukurnya belum sebanding dengan nikmat yang Allah suhanahu wata’ala curahkan kepadanya. Sehingga hanya Allah SWT yang paling berhak mendapatkan segala pujian yang sempurna.
Setiap muslim yang mengerjakan shalat pastilah akan membaca surat 
        Maybudi menyuguhkan penjelasan puitis tentang tanda-tanda kebesaran Allah SWT; Allah berfirman, “Wahai anak Adam ! jika kamu ingin mengetahui tanda-tanda dan panji-panji Keesaan Allah dan mengenali tanda-tanda Ketunggalan-Nya, bukalah mata pikiran dan akal, jelajahi alam jiwa, dan pandanglah asal-usul penceptaanmu.
     Engkau hanyalah seganggam tanah, sebuah tangkai bayang-bayang dalam kegelapan ketidaktahuanmu sendiri, kebingungan dalam kegelapan sifat-sifat. Lalu, hujan cahaya mulai turun dari langit segenap rahasia: ‘Dia tuangkan cahaya-Nya kepada mereka’. Bumi berubah menjadi bunga melati dan batu menjadi mutiara. Tangkai tebal jadi bernilai karena cabang lunak ini. Bumi menjadi murni, kegelapan menjadi cahaya.

Ayat Kedua :
الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
“Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.”
        Ar Rahman dan Ar Rahim adalah Dua nama dan sekaligus sifat bagi Allah suhanahu wata’ala, yang berasal dari kata Ar Rahmah. Makna Ar Rahman lebih luas daripada Ar Rahim. Ar Rahman mengandung makna bahwa Allah suhanahu wata’ala mencurahkan rahmat-Nya kepada seluruh makhluk-Nya, baik yang beriman atau pun yang kafir. Sedangkan Ar Rahim, maka Allah suhanahu wata’ala mengkhususkan rahmat-Nya bagi kaum mukminin saja. Sebagaimana firman Allah suhanahu wata’ala: “Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman”. (Al Ahzab: 43). 
        Rahmat Allah mencegah-Nya untuk menelantarkan hamba-Nya dan tidak memperkenalkan kesempurnaan yang harus mereka cari. Dzat yang diberi asma Ar-Rahman tentu memiliki tanggung jawab untuk mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab. Tanggung jawab ini lebih besar daripada tanggung jawab untuk menurunkan hujan, menumbuhkan tanaman dan mengeluarkan biji-bijian. Konsekuensi rahmat untuk menghidupkan hati dan ruh, lebih besar daripada konsekuensi menghidupkan badan. 
        Menurut Maybudi (dalam Murata) dikatakan bahwa “Manakala Dia memberi, Dia memberi karena kemurahan-Nya sendiri semata-mata, bukan karena engkau layak menerimanya. Dia memberi karena kedermawanan-Nya, bukan karena engkau sujud kepada-Nya. Dia memberi melalui anugerah dan rahmat-Nya, bukan karena amal-amal kebaikan yang engkau kerjakan. Dia memberi karena Dia adalah Tuhan, bukan karena engkau tuan tanah”.

Ayat Ketiga :
مَالِكِ يِوْمِ الدِّيْنِ
“Yang menguasai hari kiamat.”
       Para ‘ulama ahli tafsir telah menafsirkan makna Ad Din dari ayat diatas adalah hari perhitungan dan pembalasan pada hari kiamat nanti. Umur, untuk apa digunakan? Masa muda, untuk apa dihabiskan? Harta, dari mana dan untuk apa dibelanjakan? Tiada seorang pun yang lepas dan lari dari perhitungan amal perbuatan yang ia lakukan di dunia. Penyebutan yaumid-din, yaitu hari di mana Allah akan memberikan pembalasan terhadap amal hamba. Dia memberikan pahala kepada mereka atas kebaikan, dan menyiksa mereka atas keburukan dan kedurhakaan. Tentu saja Allah tidak akan menyiksa seseorang sebelum ditegakkan hujjah atas dirinya. 
      Dalam diskusinya tentang surat Qaaf (ayat 17&18): “(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. Dituturkan bahwa ada dua malaikat yang diberi tugas mengawasi seseorang, pun duduk seperti layaknya hamba sahaya. Yang sebelah kanan mencatat kebaikannya, sementara yang sebelah kiri mencatat seluruh keburukannya.
    Dikatakan bahwa malaikat yang mencatat amal-amal kebaikan digilir bergantian setiap hari dengan mengirimkan malaikat yang lain. Hikmahnya adalah bahwa kelak dia akan mempunyai banyak saksi bagi seluruh amal kepathan dan ketaannya. Akan tetapi, malaikat yang mencatat amal-amal kebrukan tidak digilir, agar hanya satu malaikat saja yang mengetahui berbagai kelemahan dan kekurangan dalam diri seseorang. 
    Malaikat sebelah kanan  adalah pembawa karunia (fadhl) yang berkuasa terhadap malaikat sebelah kiri yang merupakan  penegak keadilan (‘adl). Tuhan berkata : “Wahai malaikat sebelah kanan tulislah sepuluh amal kebaikan untuk setiap kebaikan yang dilakukannya. Wahai malaikat sebelah kiri tulislah hanya yang diperintahkan oleh malaikat sebelah kanan kepadamu”. Manakala seorang hamba melakukan dosa, maka malaikat sebelah kanan berkata ; “Tunggulah selama tujuh hari sebelum engkau menuliskannya. Barangkali dia akan bertaubat dan memohon ampun”. Arti dari semua ini adalah ketetapan Allah : “Rahmat-Ku mendahului murka-Ku”

Ayat Keempat :
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنَ
        “Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan.”
Secara kaidah etimologi (bahasa) Arab, ayat ini terdapat uslub (kaidah) yang berfungsi memberikan penekanan dan penegasan. Yaitu bahwa tiada yang berhak diibadahi dan dimintai pertolongan kecuali hanya Allah suhanahu wata’ala semata. Sesembahan-sesembahan selain Allah itu adalah batil. Maka sembahlah Allah suhanahu wata’ala semata.
   Sementara itu, disebutkan permohonan tolong kepada Allah setelah perkara ibadah, menunjukkan bahwa hamba itu sangat butuh kepada pertolongan Allah SWT untuk mewujudkan ibadah-ibadah yang murni kepada-Nya. Selain itu pula, bahwa tiada daya dan upaya melainkan dari Allah suhanahu wata’ala. Maka mohonlah pertolongan itu hanya kepada Allah suhanahu wata’ala. Tidak pantas bertawakkal dan bersandar kepada selain Allah suhanahu wata’ala, karena segala perkara berada di tangan-Nya. Hal ini sebagaimana firman Allah suhanahu wata’ala (artinya): “Maka sembahlah Dia dan bertawakkallah kepada-Nya”. (Hud: 123)
       Dalam kaitan dengan ayat keempat ini Dr Sachico Murata dalam bukunya The Tao of Islam menyitir kata-kata Ahmad Sam’ani, seorang sufi, “Hanya kepadaMu kami beribadah, maka Allah berkata (kepada malaikat) terima saja semua yang ia bawa ; Hanya kepadaMu kami minta pertolongan, dan Allah berkata (kepada malaikat) berikan apa saja yang dia minta”. Perhatikan bahwa Allah tidak pernah meminta kepada kita sebagai hambaNya. Setiap muslim mempunyai kadar yang berbeda dalam kekhusyukkan ibadah, namun Allah akan menerima segala ibadah kita dengan kata-kata : terima saja semua yang ia bawa, dan Allah sebaik-baiknya pembalas dia berkata : berikan apa saja yang dia minta.

Ayat kelima :
اهْدِنَا الصَّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
“Tunjukkanlah kami ke jalanmu yang lurus.”
    Yaitu jalan yang terang yang mengantarkan kepada-Mu dan jannah (surga)-Mu berupa pengetahuan (ilmu) tentang jalan kebenaran dan kemudahan untuk beramal dengannya. Hidayah adalah keterangan dan bukti, berupa taufik dan ilham. Bukti dan keterangan tidak diakui kecuali yang datang dari para rasul. Jika ada bukti dan keterangan serta pengakuan, tentu akan ada hidayah dan taufik, iman tumbuh di dalam hati, dicintai dan berpengaruh di dalamnya. Hidayah dan taufik berdiri sendiri, yang tidak bisa diperoleh kecuali dengan bukti dan keterangan. Keduanya mencakup pengakuan kebenaran yang belum kita ketahui, baik secara rinci maupun global. Memohon hidayah mencakup permohonan untuk mendapatkan segala kebaikan dan keselamatan dari kejahatan.
        Dalam penjelasannya mengenai jalan lurus yang disebtnya sebagai cahaya, Maybudi menulis : “Ya, Kami-lah yang menghiasi dan melukis. Kami menghiasi dengan cahaya Kami, kepada siapa saja yang Kami kehendaki. Mereka akan sampai pada Kami melalui cahaya nasib baik cahaya keagungan Kami”.
Seorang syaikh ditanya, “Apa tanda cahaya itu?” Dia menjawab, “Tandanya ialah bahwa melalui cahaya itu sang hamba mengenal Allah tanpa menemukan-Nya, mencintai-Nya tanpa melihat-Nya, berpaling dari kesibukan dan perenungan akan dirinya sendiri menuju kekesibukan dan perenungan akan diri-Nya. Dia menemukan kemudahan dan ketenangan di jalan-Nya”. 

Ayat keenam ;
صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
“Yaitu jalannya orang-orang yang engkau beri kenikmatan.”
      Siapakah mereka itu? Meraka adalah sebagaimana yang dalam firman Allah suhanahu wata’ala: “Dan barang siapa yang menta’ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah sebaik-baik teman. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah dan Allah cukup mengetahui”. (An Nisaa’: 69-70.
     Setiap muslim adalah orang yang dinugerahi nikmat oleh Allah, karena hakekat manusia terletak pada keseimbangan antara diri mereka dan dua tangan Tuhan. Seperti Tuhan, yang dari-Nya manusia dicitrakan, kedua dimensi dasar manusia adalah aktivitas dan reseptivitas, keagungan dan keindahan. Untuk menegakkan kembali hirarki normative, sikap reseptif manusia harus terbuka terhadap petunjuk Illahi. Dan aktivitas mereka harus diarahkan melawan kesadaran terbatas mereka sendiri. Sifat pertama dikenal sebagai “penyerahan” dan “penghambaan”. Sifat kedua dikenal sebagai “perjuangan” (jihad, mujahadah). Nabi sendiri pernah berkata bahwa perjuangan yang lebih besar daripada memerangi orang kafir adalah perjuangan melawan diri sendiri. Orang yang mampu mengalahkan nafsunya sendiri adalah orang yang telah dilimpahi nikmat oleh Allah SWT.

Ayat ketujuh ;
غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِيْنَ
“Dan bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.”
     Manusia bisa dibagi menjadi tiga golongan ini (golongan yang diberi nikmat, yang mendapat murka dan yang sesat). Hamba ada yang mengetahui kebenaran dan ada yang tidak mengetahuinya. Yang mengetahui kebenaran ada yang mengamalkan kewajibannya dan ada yang menentangnya. Orang yang mengetahui kebenaran dan mengamalkannya adalah orang yang mendapat rahmat, dialah yang mensucikan dirinya dengan ilmu yang ber-manfaat dan amal yang shalih, dan dialah yang beruntung. Orang yang mengetahui kebenaran namun mengikuti hawa nafsunya, maka dia adalah orang yang mendapat murka. Sedangkan orang yang tidak mengetahui kebenaran adalah orang yang sesat.
     Orang-orang yang dimurkai Allah SWT adalah orang-orang yang mengetahui kebenaran akan tetapi enggan mengamalkannya, mereka itu adalah kaum Yahudi . Karena itu orang-orang Yahudi lebih layak mendapat murka. Sedangkan orang yang tidak mengetahui kebenaran lebih pas disebut orang yang sesat, dan inilah sifat yang layak diberikan kepada orang-orang Nashara.

     Dalam Sebuah Hadits Qudsi Allah SWT ber-Firman : “Aku membagi Shalat menjadi dua bagian, untuk Aku dan untuk Hamba-Ku”. Artinya, tiga ayat diatas Iyyaka Na’budu Wa iyyaka nasta’in adalah Hak Allah, dan tiga ayat kebawahnya adalah urusan Hamba-Nya. 

  • Ketika Kita mengucapkan “Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin”. Allah menjawab, ”Hamba-Ku telah memuji-Ku”.
  • Ketika kita mengucapkan “Ar-Rahmanir-Rahim”, Allah menjawab, “Hamba-Ku telah mengaagungkan-Ku”.
  • Ketika kita mengucapkan “Maliki yaumiddin”, Allah menjawab, “Hamba-Ku memuja-Ku”
  • Ketika kita mengucapkan “Iyyaka na’ budu wa iyyaka nasta’in , Allah menjawab, “Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku”.
  • Ketika kita mengucapkan “Ihdinash shiratal mustaqiim, Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghdhubi alaihim waladdhooliin.” Allah menjawab, “Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku. Akan Ku penuhi yang ia minta.” (H.R. Muslim dan At-Turmudzi)
        Ahmad Sam’ani mengkontraskan penghambaan dan cinta dengan merenungkan berbagai implikasi dari perjanjian “Bukankah Aku” (Alastu). Sebelum menciptakan manusia dimuka bumi ini, Allah berkata kepada mereka, “Bukankah Aku (alastu) Tuhanmu ?” Mereka semua menjawab, “Benar, kami bersaksi” (QS Al A’raf :172). 
        Perjanjian inilah yang menurut Sam’ani melahirkan sejumlah hubungan. Hubungan cinta dengan batin dan Ruh, dan penghambaan dengan jasad dan raga. Ruh adalah tinggi dan dekat dengan Allah, yang layak mencintaiNya. Raga adalah rendah dan jauh dari Allah, yang pantas beribadah kepadaNya. Ibadah atau penyembahan (‘ibadah) adalah sifat sang hamba yang mematuhi perintah sang raja (Tuhan).
        Karena kandungan isi surat Al-Fatihah yang sangat mendalam ini, berhentilah sejenak setelah membaca setiap satu ayat. Rasakanlah jawaban indah dari Allah karena Allah sedang menjawab ucapan kita. Selanjutnya kita ucapkan “Aamiin” dengan ucapan yang lembut, sebab Malaikatpun sedang mengucapkan hal yang sama dengan kita. Barang siapa yang ucapan “Aamiin-nya” bersamaan dengan para Malaikat, maka Allah akan memberikan ampunan untuk dosa-dosanya yang lalu.

Penulis : Esti Widiawati
Sumber:
http://assalafy.org/
http://www.dakwatuna.com/
http://www.mizan.com/buku_full/the-tao-of-islam.html
Sachico Murata. 1999. The Tao of Islam. Mizan, Bandung

Terimakasih